Minggu, 21 April 2013

Penyakit Rabies Pada Manusia



Penyakit Rabies Pada Manusia


Penyakit rabies adalah salah satu penyakit zootonic atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui virus. Penyakit Rabies bisa ditularkan kepada manusia lewat kontak langsung seperti air liur atau gigitan dan goresan dari anjing yang sudah terinfeksi virus rabies. Jika tidak segera ditangani secara cepat maka virus rabies ini bisa menyebabkan kematian. Bahkan walaupun sudah ada vaksin yang bisa mencegah penyakit ini, berdasarkan data dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyatakan bahwa di daerah Asia dan Afrika masih terjadi kematian karena penyakit rabies bahkan sampai dengan persentase 95%.


Penularan Penyakit Rabies
Penularan penyakit rabies yang paling umum adalah melalui air liur dan ditularkan lewat gigitan. Namun, penyakit rabies pun bisa ditularkan lewat non-gigitan seperti goresan, selaput lendir atau luka terbuka yang telah terkontaminasi air liur yang mengandung virus rabies. Setelah terinfeksi, masa inkubasi terjadi bisa bervariasi sampai dengan gejala timbul. Masa inkubasi tersebut bisa sekitar 3-8 minggu dan ada yang 9 hari bahkan 7 tahun. Orang yang mempunyai daya tahan tubuh yang kurang akan lebih berisiko mengalami penyakit rabies.
Berikut gejala yang terjadi pada penderita penyakit rabies:
  1. Stadium prodromal, yakni mencakup demam, tidak selera dan sulit makan bahkan sampai mengalami anoreksia, pening dan pusing dan beberapa gejala biasa lainnya yang sering terjadi apabila tubuh terinfeksi virus.
  2. Stadium sensoris, yakni penderita akan merasa nyeri pada daerah bekas luka gigitan. Kemudian, penderita mulai mengalami gejala-gejala penyakit rabies lainnya seperti gugup, panas, kebingungan, keluar banyak air liur atau sering disebut sebagai hipersalivasi, dilatasi pupil, hiperlakrimasi, hiperhidrosis.
  3. Stadium eksitasi, yakni penderita sering gelisah, kejang-kejang, mudah kaget ketika ada rangsangan dari luar. Penderita juga akan mengalami fobia seperti takut pada udara, takut pada cahaya dan takut pada air. Penyebab kejang-kejang itu sendiri adalah karena adanya gangguan pada daerah otak yang memiliki fungsi mengatur proses pernapasan dan menelan. Fobia pada air atau hidrofobia disebabkan oleh rasa sakit yang luar biasa pada saat berusaha menelan air.
  4. Stadium paralitik, adalah stadium akhir yang menyebabkan tubuh penderita penyakit rabies dari atas ke bawah mengalami kelumpuhan secara progresif.
Catatan: Antara stadium yang satu dengan stadium yang lain tidak akan terlihat jelas karena berlangsung dengan cepat. sementara pada hewan yang terinfeksi penyakit rabies ditandai dengan gejala dari jinak menjadi ganas, liar dan lupa jalan pulang serta ekornya dilengkungkan ke bawah perut.
Penyakit rabies masih bisa diobati namun harus dilakukan penanganan medis sesegera mungkin sebelum gejala timbul dan infeksi virus sudah mencapai otak. Jika sudah terjadi gejala maka tidak akan bisa disembuhkan lagi. Oleh karena itu, ketika terjadi luka gigitan maka harus segera dibersihkan dengan sabun atau pelarut lemak lainnya, kemudian diolesi cairan antiseptik seperti alkohol 70% atau betadine. Kemudian, jika diduga berpotensi rabies atau memang rabies segera ke rumah sakit atau dokter untuk mendapatkan penanganan suntikan vaksin.
Bagi mereka yang memang benar-benar berpotensi mengalami gigitan oleh hewan maka sebaiknya segera dilakukan pencegahan dengan cara pemberian vaksin. Mereka yang berisiko tinggi tersebut antara lain adalah dokter hewan, para petugas laboratorium yang menangani hewan yang terinfeksi virus rabies dan para penjelajah gua kelelawar. Selain bagi manusia, pada anjing peliharaan juga penting diberikan vaksinasi rabies.

0 komentar:

Posting Komentar